Mengapa Takut Berbagi Lewat Tulisan?

Sekitar dua puluh tahun silam, aku masih belajar mengenal huruf abjad di Sekolah Dasar, mengeja mengikuti suara sekalian melihat tangan ibu guru yang dengan sabar menunjuk abjad dari huruf A sampai dengan Z yang tertulis dipapan berwarna hitam pekat yang tergantung didepan ruang kelas. Bahkan sesekali (saat itu) dalam mengeja masih sering tertukar letak X dan Y,kadang juga W terlalu telat untuk diingat, hingga terlafaznya dengan penuh percaya diri tanpa malu setelah abjad Z. Seiring berusaha untuk mampu melafaz tanpa lagi harus meniru suara dan tanpa melihat lagi bentukan garis yang melukis huruf tersebut, juga berjuang mampu menggores dengan tangan sendiri untuk membentuk huruf-huruf abjad dilembar buku tulis pribadi.

http://gubukpenulis.blogspot.co.idSetahun, dua tahun berjuang hanya untuk mampu menulis nama sendiri, sampai bertahun-tahun belajar akan dunia baca tulis di pendidikan Sekolah Dasar, hingga kemudian mampu melukis sedikit cerita tentang diri sendiri,dimulai; nama sendiri,nama ibu-ayah,alamat,cita-cita,hobi. Hingga setelah masa belajar dasar tulis-baca,pengetahuan tentang tata-krama menulis pelan merasa mampu terkuasai,bahkan sempat-sempatnya untuk menguji kemampuan menulis, dengan menulis surat cinta untuk gadis-gadis muda yang seharusnya belum pantas membaca kalimat pujian yang bermaksud mengajak membina sebuah hubungan yang konon disebut pacaran. Kadang beberapa dari gadis yang mendapat kesempatan menikmati rangkaian kata-kata ekspresi hasil pembelajaran semasa enam tahun lamanya, berkata; wuih abang romantisnya.

Singkat usia, sampai saat ini sepatah dua kalimat sudah mampu aku bagikan untuk dibaca, mesti belum layak dikategori penulis profesional, setidaknya sudah berani mendukomentasi catatan perjalanan pribadi dalam tulisan.


Ada janji yang terikat pada diri sendiri hingga saat ini; Menulislah dan teruslah menulis, setidaknya ada kehidupan pribadi yang terbingkai dalam tulisan sendiri,  dibalik itu juga ada sedikit harapan bisa menebar semangat menulis bagi yang merasa takut berbagi melalui menulis setelah sekian tahun sejak dari Sekolah Dasar nyatanya sudah mengenal dunia baca-tulis. Ada tanya besar dibenak aku "kenapa masih ada yang takut menulis?"

0 Response to "Mengapa Takut Berbagi Lewat Tulisan?"

Post a Comment