MENDAPAT HIKMAH DALAM NIKMAT

Terlihat empat pemuda duduk bersantai disebuah balai dekat kaki punggungan sebuah gunung, seorang diantaranya dengan mengernyit dahi dan matanya dengan serius memandang kearah punggungan gunung didepannya  yang diselimuti hutan yang terlihat lebat, Sambil menghirup kopi yang masih terlihat panas dia menyela memecah kesunyian “berapa hari kita akan tembus ke ujung sungai di balik pegunungan itu?” tanyanya pelan sambil menghembuskan kepulan rokok kreteknya, anak muda disampingnya dengan tertawa ceria menjawab dalam candanya “gak usah serius men, tembus gak tembus, tiga hari kita harus kelar dari sini, karena persiapan logistik kita pas untuk segitu.”

Hari mulai beranjak gelap, sudah tidak terlihat lagi sinar matahari, yang menerangi sekitar mereka kecuali hanya suara terjangan hujan yang jatuh di atap rumbia balai tempat mereka berteduh. Empat pemuda tersebut mulai membongkar cariel masing-masing untuk mengeluarkan perbekalan pendakian yang sudah mereka siapkan, kemudian mereka disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang menyalakan api sebagai penerangan dan yang lain juga tampak bersemangat memasak menu yang sudah disiapkan untuk santapan malam ini. Jam menunjukkan pukul 19:00 wib, hidangan malam dari nasi, telur goreng, sop kentang dan kerupuk tepung sudah terisi di piring empat pendaki muda yang masih berstatus mahasiswa salah satu perguruan tinggi, tanpa harus dikomandoi empat piring sudah bersih dari isinya dilahap oleh pemiliknya masing-masing. “kita besok bangun jam 07:00 dan berangkat mendaki  jam 08:00 wib, urusan istirahat malam ini, terserah kita mau tidur jam berapa, gimana?” tanya salah satu dari mereka, “ok, gampang itu” jawab serempak tiga lainnya.  Setelah itu terdengar lelucon-lelucon diselingin sesekali tawa akrab dari mereka serentak, yang menyatakan empat pendaki muda itu sudah sangat akrab satu sama lain. Tidak terasa mereka asik bercengkrama ria mengisi malam yang lebih gelap dari malam-malam mereka sebelumnya, hentakan hujan di bumi sudah tidak terdengar dan jam sudah mengarah pada angka 12 yang menandakan waktu sudah tengah malam.

“Aku tidur duluan,” sambil menguap salah satu dari mereka meminta izin membaringkan tubuh di matras yang di gelar dilantai balai tempat mereka berteduh dari hujan sejak sore tadi. Dan selanjutnya satu persatu dari tiga pemuda lainnya juga mulai membaringkan tubuh untuk mengambil waktu isitirahatnya.

http://gubukpenulis.blogspot.co.id/2015/02/hikmah-dalam-nikmat.html

Matahari yang belum terlihat jelas dimana letaknya mulai menerangi bumi, pertanda pagi sudah datang. suara ketukan sendok dan piring mengiringi pagi para pendaki yang sedang sarapan. Jam sudah menunjukan pukul 07:55 wib, semua perlengkapan yang dibongkar semalam dari cariel sudah tertata kembali dengan rapi dicariel masing-masing para pendaki. Tepat jam 08:00, cariel-cariel mereka sudah berada di pundak mereka, “untuk keselamatan dari awal hingga akhir perdakian kita mari kita berdoa dalam hati masing-masing, Al-fatihah,”  salah seorang dari mereka yang dijadikan ketua team pendakian kali ini memimpin awal perjalanan.

Secara beriringan para pendaki itu mulai menapaki punggungan gunung yang menjadi target pendakian mereka, sesekali orang paling depan dari mereka yang disebut leader mengayunkan parang untuk membersihkan jalur dari semak-semak bekas kebun masyarakat supaya bisa dilewati. Tidak jarang juga navigator si pemegang kompas yang berjalan ditengah-tengah barisan menunjukkan arah untuk mengarahkan sipembuka jalur.

“Saatnya rest” ujar pendaki berkulit hitam yang menjadi ketua team pendakian,sambil melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul 12:05 wib. Keringat terlihat mulai membasahi tubuh para pendaki yang duduk tak beraturan mengelilingi dua gelas kopi yang baru saja dimasak dengan alat masak khusus digunung, “wak, kita sedikit buru waktu setelah ini karena jalur pendakian kita masih panjang, pokoknya kita usahakan basecamp kita malam nanti harus sampai di countur ini,” ujar sang navigator sambil telunjuknya menyentuh countur yang menandakan landai dipeta. “gimana,siap?” tanyanya lagi. “ok” jawab leader dengan pasti.

Satu persatu cariel kembali diangkat ke bahu masing-masing, jam 13:30 wib, perjalanan kembali dilanjutkan, sesuai arahan sang navigator, dengan sigap pemuda yang bertugas sebagai leader dari awal pendakian mulai menerobos ilalang yang menyelimuti punggungan gunung, tanpa terasa hari terlihat sudah agak gelap, jam menunjukkan pukul 17:10. “Ok, sesuai target kita buka camp disini malam ini,” si ketua team menghentikan langkah para pendaki.

Seperti biasa pendakian, personil team mulai mengurus tugasnya masing-masing sesuai kesepakatan perencanaan sebelum pendakian, mencari kayu bakar, memasak dan mendirikan tenda terselesaikan dengan baik berkat saling menjaga tugas masing-masing dan kerjasama team yang apik. Waktu sudah menginjak malam hari, team sudah menunai hak perutnya masing-masing tanpa arahan siapapun, satu persatu personil team masuk ketenda dan meninggalkan api kecil yang menjilat-jilat dinginnya udara malam didepan tenda tempat merek bercengkrama sejak tadi.

Pagi kembali menyapa para pendaki, sinar matahari pagi mengusap tenda dan para pendaki sudah siap berangkat setelah sebelumnya mengecek semua perlengkapan dan membereskan tempat peristirahatan semalam. Di awali dengan doa bersama para pendaki mulai menapaki countur ke countur menerobos hutan. Dalam perjalanan acap kali pendaki menemukan alur-alur kecil yang jernih melewati lekukan lembah, tanpa menyentuhpun pendaki sudah bisa merasakan kesegaran dari jernihnya aliran air alur itu. “Allah maha besar, tanpa sungai yang besar air ini mengalir jernih diantara rimbunnya hutan menemani kehidupan satwa-satwa disini” ujar sang ketua team sambil berjalan, “sungguh Allah maha adil dan bijaksana,” tambahnya pelan tanpa melihat kearah siapapun sebagai lawan bicara. Matahari terlihat sudah merangkak diatas ubun-ubun, pertanda waktu sudah tengah hari, para pendaki sudah duduk beristirahat diantara pepohonan yang lebat menikmati kopi dan snack roti seadanya.

Perjalanan kembali dilanjutkan, jarum jam sudah menunjukkan pada arah pukul 13:30 wib. Dengan pasti langkah-langkah pendaki menyusuri medan yang terlihat agak menurun dan sesekali tangan pendaki harus berpegangan kuat pada batang-batang pohon kecil untuk menyeimbangkan tubuhnya saat melewati medan yang agak curam. Tujuan hampir sampai, air terjun dengan aliran deras dan segar mulai terbayang-bayang di mata pendaki. Tepat pukul 16:17 wib, bayangan yang dari tadi mengintai otak kiri kanan para pendaki menjadi nyata di depan mata, suara air yang jatuh terdengar bagai irama yang membuat rasa lelah para pendaki seketika hilang, tanpa ajak-mengajak dan tanpa kompromi mereka para pendaki langsung merendam tubuhnya yang dari tadi dipenuhi keringat bagai air garam menyiram tubuh.

Puas bermain dengan kesegaran, pendaki menjemur diri di batu-batu besar di dekat sungai yang menjelma bagai surga bagi mereka, seseorang dari mereka menyela diantara suara air yang jatuh menimpa bebatuan “hidup memang begini, bukan keinginan yang harus di paksakan tapi mensyukuri kebutuhan yang terpenuhi” ujarnya dengan tersenyum, “dari kemarin kita tidak bisa memakan apa yang kita inginkan kecuali hanya terbatas perbekalan yang ada, kita tidak bisa berjalan arah sesuka hati tapi arah yang sudah ditentukan baru kita bisa menemukan keindahan ini untuk kita nikmati” tambahnya lagi. “ya benar memang, kenapa masih ada orang didunia yang kadang terkesan susah hidupnya dengan segala kebutuhan yang terpenuhi, mungkin mereka terlalu mengejar keinginan tanpa mensyukuri kebutuhan yang telah Allah berikan pada dia, dari perjalanan kali ini aku bisa mengambil hikmah untuk perjalanan hidup ku” ketua team menyambung pembicaran tadi “yakin berusaha dan mensyukuri hasil dari usaha adalah cara menikmati hidup ini,” pungkas ketua team.

Matahari terlihat menyeret cahayanya dicelah-celah puncak gunung arah barat dari basecamp tempat para pendaki muda itu berteduh dari belaian dinginnya suasana di pinggir sungai diantara punggung pegunungan yang menghimpit, malam mulai menyapa pendaki, gemericik suara air dan sinar rembulan yang malu-malu menemani senyuman pendaki malam itu yang terlihat puas dengan pencapaian sesuai target pendakian kali ini, dibarengi nikmat dan hikmah yang bisa mereka rasakan, usaha yang lelah terbayar sudah dengan segala keindahan didepan mata mereka.

0 Response to "MENDAPAT HIKMAH DALAM NIKMAT"

Post a Comment