Duduk sendiri dikamar
bagai ayam mengeram tanpa tahu kapan akan pecah itu telur. Sesekali juga ke dapur-kamar
mandi dan kembali kekamar. Itu aktivitas yang menguasai ku malam ini. Tak bisa
di elak rasa suntuk mengambil alih pikiran ini.
Dalam suntuk
gundah merana, Ku hidupkan laptop kerja kakak ku, ku cari file MP3 dan ku
hidupkan secara random di Winamp-nya. Setelah beberapa lagu berjalan,
mata mulai merasa berat bagai diberi
beban. Perlahan tertutup hingga hampir saja kesadaran hilang hanya karena lagu.
Tetiba sebuah nyanyian dari (Bang) Iwan fals yang tak pernah aku tahu judulnya,
mendayu manja kasar menghantam imajinasi ku yang hampir terbius tidur.
Dari gunung ke gunung
Menembus kabut lembah dan jurang
Melewati hutan pinus, melewati
jalan setapak
Mendengar gesekan daun dan
burung-burung
Menikmati aroma tanah dan
segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari
Aku dapat lepas teriak
Aku dapat bebas bergerak
…
Lirik dan khas
suara Iwan Fals rasanya telah meniadakan rasa kantuk, dan kemudian menghadirkan
khayal dan lamunan nostalgia perjalanan hidup beberapa tahun silam hingga malam
tadi. Tak ku tahu Jarum jam sudah menunjuk arah berapa, juga tak ada hasrat
untuk melongo keluar melihat seberapa tinggi bulan sudah berjalan atau bahkan
seberapa gelap malam tanpa ditemani bulan. Lagu yang sedang dinyanyikan sang
(Abang) Iwan Fals, benar-benar membenamkan lamunanku kedasarnya, hingga
tertulis sebuah lamunan yang ku juduli ADA JALAN TANPA UJUNG DI INDONESIA.
Berawal dari
bergabung dalam Organisasi Pecinta Alam dikampus, aku mulai cinta pada hobi; menjelajah,
mendaki gunung, tidur di hutan dan menunggu matahari diketinggian bumi hingga
cinta pada Negeri. Beberapa gunung di Aceh sudah pernah aku rasa dinginnya
cuaca, kelamnya hutan bahkan hingga liarnya alam ciptaan Tuhan. Serasa bangga
menjadi seseorang yang jatuh cinta pada hobi. Walaupun hobi ini yang seberapa
orang menganggap menjadikan aku seperti sekarang ini, tanpa gelar sarjana. Bahkan
mereka dari seberapa itu berani memberi wejangan-nasehat yang membuat ku sering tersenyum kecil untuk aku
tanggapi.
Ya, hobi yang
hanya dilihat sebagai kesalahan dan sekedar hobi. Jarang ada yang berpendapat “hobi
akan menjadi kenikmatan hidup yang sederhana”. Tak pernah ada yang mengorek “apa
tujuan hidupnya dan hidup orang disekelilingnya” yang mereka pikir hanya “jalan
hidup yang dijalankannya juga jalan bagi mereka lainnya”. Tak ada yang
memprioritas kenyamanan diatas kesenangan. Satu kalimat yang ku bijakkan untuk
kamu yang masih mencoba menasehati ku untuk hal itu juga untuk kalian yang “stuck” punya pikiran seperti itu; “Senang
didunia tanpa kenyamanan adalah keputusasaan hidup yang kau topengi dengan kebahagiaan
palsu.” Beuh!!! Serasa motivator akunya.
Kembali
kedasar lamunan aku. Seusia mimpi yang telah aku cantumkan sebagai pilihan
jalan hidup, banyak yang belum terealisasi.
Mungkin satu alasan bagi orang disekeliling mencemooh bahkan menganggap diluar
kemampuan ku. Dalam do’a, tak pernah kutanyakan pada Tuhan, “kapan
impian-impian ini membungkam keraguan yang diciptakan”? yang aku lakukan adalah
berpikir dan berusaha untuk menemukan jalan baik menuju mimpi ini.
Aku sebagai
pribumi, pantas menyapa setiap pelosok Negeri ini. Setidaknya, ada jengkalan
tanah yang mengenal kala aku dikubur nantinya. Hobi adalah mainan kesenangan, tapi
aku telah merubahnya menjadi sebuah jalan hidup liar yang nyaman. Menelusuri dan
mendokumentasi perjalanan mengenal Gunung, Hutan, Sungai, Laut sebagai ciptaan
Tuhan yang Esa dan juga Budaya warisan moyang akan menghidupkan hobi dan hidup
ini sendiri. Hobi bukanlah sekedar hobi, hobi adalah kehidupan. Dari segalanya yang
telah menjadi pengalaman. Banyak hal yang belum tercapai. Banyak tirai indah
anugerah Tuhan di Indonesia yang belum tersibak. Itu sesuai dengan sebuah
tulisan mimpi yang kujuduli dengan IndonesiaBisa Terlihat Lebih Kecil Dari Sebenarnya Ketika Mimpi Ini Terjawab. Karena
sungguh, Indonesia punya jalan tak berujung, dari Sabang Sampai Merauke, tak
ada awal tak berujung, yang ada hanya terus tersambung menjadi satu Negeri.
Bagi ku, Jalan
hidup terlalu sempit hanya sekedar untuk membiayai dan menghidupi jiwa yang
menunggu mati. Untuk apa hidup hanya untuk makan dan tidur nyenyak. Dunia terlalu
suci untuk dikotori jiwa yang penuh benci dan iri. (Sampai jumpa kelak, dimanapun
di Negeri ini)
0 Response to "SEMALAM KU BERPIKIR: ADA JALAN TANPA UJUNG DI INDONESIA"
Post a Comment